Kamis, 26 Februari 2015

"Sang Pendeta" (The Poems For Shadow And Shine)



“Sang Pendeta”

Kalau ia muda dianggap kurang pengalaman
Tapi bila rambutnya beruban, ia dianggap terlalu tua
Kalau keluarganya besar, ia menjadi beban bagi jemaat
Bila tidak mempunyai anak, ia tak bisa diteladani
Kalau isterinya aktif, dituduh mau menonjolkan diri 
Kalau tidak, ia tidak mendukung pelayanan suami

Kalau khotbahnya membaca, sangat membosankan
Kalau luar kepala, tandanya tidak mempersiapkan diri
Kalau ia berusaha melakukan pembaruan, akan dituduh sewenang-wenang
Kalau hanya melanjutkan apa yang ada, ia dianggap boneka
Kalau khotbahnya banyak ilustrasi, ia kurang alkitabiah
Kalau tidak, khotbahnya terlalu sulit
Kalau khotbahnya panjang, membuat orang ngantuk
Kalau khotbahnya pendek, ia pemalas

Kalau ia gagal menyenangkan hati seseorang, itu berarti ia menyakiti jemaatnya
Kalau ia berusaha menyenangkan hati semua orang, itu berarti ia penjilat
Kalau ia terus terang dalam kebenaran, ia dianggap sengaja menyinggung perasaan
Kalau tidak ia dianggap pengecut
 
 Ia mesti bijaksana seperti burung hantu
gagah berani laksana burung rajawali
Rendah hati bak burung merpati
bersedia makan apa saja seperti burung kenari
 
 Ia mesti seorang ekonom, politikus, pencari dana, penasihat perkawinan
Bapak yang bijaksana, sopir taksi yang ramah,
Orator yang ulung dan gembala yang arif

Ia mesti melawat semua orang sakit,
Semua yang menikah dan semua orang yang mati
Ia mesti bisa bergaul dengan anak-anak
remaja, pemuda sampai orang jompo
Ia mesti pandai bicara dan menulis
Ia seorang pelayan yang harus mau merendah
Sekaligus pemimpin yang berwibawa

(Diterjemahkan dari : The Poems For Shadow And Shine)

Refleksi Malam Ini
Pertama kali membaca puisi ini saat saya menjalani masa vikariat di Negeri yang indah, Kolana - Alor Timur. 
Saat itu saya merasa biasa saja dengan isi puisi ini.

Hari ini, setelah menjalani panggilan sebagai pendeta yang baru melayani selama 11 tahun, saya berkesimpulan : Pengarang puisi ini jujur mengungkapkan kenyataan dilematis yang dialami oleh seorang pendeta. 


Setiap pendeta pasti pernah mengalami hal ini. 
Pendeta selalu mendapat penilaian dari jemaat dan sesama saudara yang bukan warga jemaat. 
Pendeta juga mendapat penilaian dari sesama pendeta yang lain, yang terkadang menilai tanpa melihat kembali ke dalam dirinya. Ada juga yang menilai sesama dengan terlebih dahulu "menganggap dirinya benar". 
Jika anda bukan pendeta, mungkin anda tahu dan juga pernah membicarakan apa yang dialami oleh seorang pendeta.
Tetapi percayalah, Pendeta lebih memahami kenyataan ini  karena ia yang menjalani panggilan sebagai pendeta. 
Tanpa bermaksud membenarkan diri ataupun mengasihani diri saya ingin mengajak diri sendiri dan anda (JIKA ANDA BERSEDIA) untuk jangan cepat menghakimi ataupun memvonis seorang pendeta bersalah setiap kali anda melihat dan menemukan suatu hal yang menurut anda "mestinya tidak begini" dalam setiap bentuk pelayanan.
Adalah bijak jika anda datang dan bertanya kepada  Pendeta  untuk mendapatkan penjelasan. Saat itu pun akan menjadi saat yang baik bagi anda untuk menyatakan pendapat anda kepada  Pendeta. Percayalah anda memiliki mutiara yang berharga untuk disumbangkan  bagi kebaikan pelayanan ini. Mungkin saat pertama kali anda menyampaikan pendapat anda, Pendeta membangun mekanisme pertahanan diri, tetapi percayalah akan ada saat pendeta itu akan berefleksi dan menemukan ada mutiara berharga pemberian anda. 

Entah bagaimana sesama pendeta yang lain, tetapi saya mau terus mengingatkan diri dan bersedia diingatkan  bahwa SAYA MEMILIKI PEMAHAMAN DAN PANDANGAN YANG TERBATAS,  TETAPI TUHAN MENYEDIAKAN BANYAK SAUDARA YANG MEMILIKI PANDANGAN YANG LUAS. JIKA SAYA MENERIMA MUTIARA BERHARGA ITU DARI SAUDARA, MAKA PELAYANAN YANG AKAN KITA LAKUKAN BERSAMA KE DEPAN AKAN MENJADI SESUATU YANG BAIK.
Tanggung jawab pelayanan ini sangatlah besar tetapi akan bisa dijalani jika kita berjalan & memikulnya bersama. 

Saudaraku... betapapun penilaian jemaat dan sesama pendeta terkadang mengecilkan hati dan menciutkan semangat pelayanan sebagai abdi Tuhan, Saya akan tetap melangkah meski dengan tertatih - tatih, Karena saya yang telah menjawab YA atas Panggilan Tuhan. 



SOLI DEO GLORIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Laman

Apa Pendapat Anda Tentang Blog ini?

Translate