Minggu, 02 Agustus 2015

Tuhan Itu Penopang dan Penegak Bagi Semua Orang Yang Jatuh & Tertunduk (Mazmur 145 : 8 -21)



Tuhan Itu Penopang dan Penegak Bagi Semua Orang Yang Jatuh & Tertunduk
(Mazmur 145 : 8 -21)
Setiap orang  pasti pernah mengalami kejatuhan.  Baik jatuh secara fisik maupun jatuh dalam arti kiasan.
Tidak ada orang yang dengan sadar mau membuat dirinya jatuh… Kalau buat orang lain jatuh…tentu ada banyak orang yang mau dan bisa. Meskipun kita biasa rancang cara untuk menjatuhkan orang lain, tapi kita sendiri tidak mau dijatuhkan, apapun alasannya… betul atau tidak? 
Saat kita terjatuh, entahkah karena kesalahan sendiri ataukah karena kesalahan orang lain kita akan merasa terluka, sakit dan malu
Dan bukan hanya itu, kita juga tidak suka orang lain tahu atau lihat atau bicarakan tentang kondisi kejatuhan kita. Contoh paling sederhana : Kalau kita terantuk dan jatuh, yang pertama kita buat apa? Apakah  periksa  kaki dan seluruh tubuh ataukah lihat ke sekeliling untuk memastikan adakah orang di sekitar kita yang melihat kita jatuh? Kalau mau jujur, saya kira kebanyakan dari  kita akan cepat – cepat lihat keliling untuk memastikan tidak ada orang yang lihat kita, sambil bangun baru periksa ada luka / lecet atau tidak… Kalau pun ada orang yang lihat kita dan bertanya, kenapa jatuh? Luka ko? Bisa jalan ko? Kita akan cepat2 jawab : ia jatuh ni… tapi sonde apa2… beta bisa jalan …biar ada tahan sakit ju kita akan jalan trus…   
Pernah mengalami dan buat seperti itu? SAYA PERNAH.

Saudaraku… Mengapa demikian?  Kita seringkali  menyangkali rasa sakit yang diakibatkan karena kessjatuhan kita (fisik maupun non fisik), baik karena kesalahan sendiri ataupun karena rancangan orang lain… sikap menyangkali rasa sakit akibat kejatuhan kita itu didorong terutama karena rasa malu pada orang lain / rasa malu pada sesama. 
Kita mempertimbangkan apa pandangan dan penilaian sesame terhadap keadaan jatuh / kejatuhan kita. Sedangkan  Apa pandangan dan penilaian Tuhan terhadap keadaan kita baru kita pikirkan nanti setelah ada waktu untuk merenung.  Dan biasanya pandangan dan penilaian sesame terhadap kejatuhan kita lah yang paling membuat kita terpuruk dalam kejatuhan itu.
Bagaimana penilaian dan tanggapan orang terhadap kejatuhan yang kita alami?  Saya kira saya pernah berkhotbah tentang hal ini pada tgl 5 Januari 2014 yang lalu di sini (intinya saat kita jatuh, sesame menanggapi : Surasa…mampos / ee kasian dia ee).

Saudaraku…  Saat ini berdasarkan pembacaan Alkitab kita tadi, saya ingin mengajak kita untuk merenungkan : Bagaimana tanggapan  dan sikap Tuhan  terhadap kejatuhan yang kita alami, baik karena kesalahan sendiri maupun karena kesalahan orang lain? 
Ada beberapa hal penting yang dapat kita reflesikan dari bagian Mazmur 145 yang kita baca ini :

1.       Ketika kita terjatuh dalam berbagai bentuk masalah, seringkali oleh karena rasa malu dan berbagai alasan lain, saudara,  keluarga, orangtua, sahabat  kita bisa membenci kita. Kasih sayang  yang dulu pernah mereka berikan pada kita lenyap tak berbekas. Hal ini bisa membuat kita semakin terpuruk. Kita merasa sendiri, diabaikan, merasa kotor dan hina, kita merasa dunia akan berakhir. Kita merasa terbuang, kita merasa tanpa daya hidup. Akhirnya banyak orang yang terjatuh menjadi putus asa. Salah satu lagu pop yang menceritakan keadaan ini sebagian syairnya bilang ... "Aku terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi... aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu BUTIRAN DEBU.... " 
      Apakah Tuhan berkenan akan tanggapan diri kita seperti ini atas kejatuhan yang kita alami? TIDAK saudaraku. Ayat 8 – 9 Mazmur 145 ini menyatakan : … saat kita terjatuh, Tuhan bukan sedang membuang kita. Tuhan tetap mengasihi dan menyayangi kita.
Ketika kita berulang kali membuat Tuhan kecewa karna perbuatan kita yang  jahat, Tuhan tetap panjang sabar. Kasih setia keluarga dan sahabat kita terbatas tetapi kasih setia Tuhan itu berlimpah.
Ketika kita terjatuh kita merasa sesamA kita bersikap buruk pada kita oleh karena penilaian yang mereka buat, tidak apa –apa… Ingatlah saudara bahwa Tuhan akan tetap menyatakan kebaikannya kepada kita. Tuhan itu baik kepada semua orang dan penuh Rahmat terhadap segala yang dijadikanNya.
2.       Saat kita terjatuh pasti kita akan merasa malu. Bukan hanya saudara – saudara tahanan yang malu, tapi keluarga, sahabat  kita yang menantikan kita di luar sana juga merasa malu. Apalagi berhadapan dengan komunitas masyarakat tempat kita hidup dan berkarya. Jujur saja bahwa kita pernah merasa malu karena kejatuhan kita atau saudara kita. 
      Nah… terhadap keadaan ini, Terkadang kita tak berdaya untuk bangun lagi dan melanjutkan hidup.  Orang yang tanpa pengharapan akan memilih untuk mengakhiri hidupnya. Orang yang punya pengharapan membutuhkan dukungan agar bisa bangkit lagi dari kejatuhannya. 
      Saudaraku ayat 14 Mazmur 145 ini memberikan jaminan yang luar biasa kepada kita bahwa Tuhan akan menopang  semua orang yang  jatuh dan akan menegakkan / mendirikan kembali semua orang yang tertunduk malu dan tak berdaya karena kejatuhannya atau kejatuhan orang yang kita kasihi.  Terkadang Tuhan bertindak sendiri untuk menopang dan membuat kita tegak, dan terkadang Tuhan memakai orang lain untuk maksud itu. Kalau begitu, saudara dan saya, para tahanan dan keluarga, para sahabat, kita mesti juga membuka diri untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang akan menopang dan menegakkan sesama kita yang terjatuh.   Kalau begitu, persekutuan jemaat paulus RUTAN, bahkan seluruh RUTAN dan juga persekutuan keluarga kita di luar sana mestinya menjadi Persekutuan yang saling menopang dan menegakkan. Bersediakah kita?
3.      Biasanya kejatuhan kita mengakibatkan muncul masalah baru, bisa jadi masalah berlapis…  Ketika saudara sebagai kepala keluarga, sebagai tulang punggung keluarga ada di tempat ini, masalah  yang akan muncul misalnya soal ekonomi & penghidupan keluarga… Sementara saya di RUTAN, anak istri, saudara, orangtua saya di luar sana dapat makan dari mana? Kalau mereka sakit, siapa yang lihat? Dst… Bukankah pemikiran tentang hal ini biasanya menguras banyak energy dan air mata?
Saudaraku… janganlah kuatir…. Tuhan ada dan melihat ketika tempat beras saudara di rumah kosong. Tuhan ada dan mendengar  ketika anak saudara meminta uang untuk keperluan sekolahnya. Tuhan ada dan akan menggendong kita ketika kita tak berdaya karena sakit. Jaminan yang luar biasa dalam ayat  15 – 16,  Tuhan memberi makanan pada waktunya  kepada setiap orang yang memandang kepada Tuhan dan menantikan pertolonganNya. Tuhan membuat segala yang hidup menjadi kenyang. Kalau begitu, janganlah kita kuatir. Lebih baik kita memandang kepada Tuhan dan berusaha dengan giat sambil menantikan pertolonganNya.


4.       Saudaraku, dalam proses peradilan di dunia kita segala kemungkinan bisa terjadi, adil maupun tak adil, yang salah bisa benar-yang benar bisa salah. Hal ini membuat banyak orang menjalani proses peradilan dengan  pesimis ataupun membela diri secara membabi buta.  Kebenaran bisa diputar balikkan. Saudaraku… ay.17 Mazmur ini mengingatkan bahwa Tuhan akan bertindak adil dalam segala jalanNya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya. Jika Tuhan mengijinkan kita ada di tempat ini, Ia mau supaya kita bertindak lurus dan memperjuangkan keadilan.  Bersedia menerima ganjaran karna kesalahan kita & berjuang menyatakan kebenaran karena kita benar. Karena kalau kita menghindari ganjaran meski salah, mungkin saat ini kita bisa bebas, tetapi akan ada saat di mana kita sendiri akan membayar hutang ganjaran itu.
 
Saudaraku… kita yang terjatuh ini sangat berharap akan  tiba masanya kita bangkit dan menikmati kehidupan yang bebas. Ini sangat bergantung pada anugerah Allah. Jangan pernah menyerah karena kita tidak pernah tahu, apa yang Tuhan inginkan jadi dalam hidup kita 1 menit ke depan. Tetaplah berharap, tetaplah berdoa… Ketika saudara  merasa Tuhan jauh,  ingatlah bahwa Tuhan hanya sejauh doa kita. Ay 18 – 19 mengatakan :  Tuhan dekat  pada setiap orang yang berseru kepadaNya dengan setia. Tuhan mengabulkan kehendak / kemauan setiap orang  yang takut akan Tuhan dan Tuhan mendengar teriakan minta tolong mereka dan membuat mereka selamat.
SAYA AJAK KITA DENGAR PUJIAN INI “TUHAN ADA & MELIHAT” sebelum bagian terakhir khotbah ini saya sampaikan.

Saudaraku... Tuhan Ada dan Melihat setiap keadaan kita. Tuhan ada dan mendengar setiap pergumulan dan doa kita. Tuhan ada dan bersedia menghapus setiap airmata kita. Tuhan ada dan menunggu setiap bentuk penyesalan kita. Tuhan ada dan bersedia membangkitkan kembali ketika kita terjatuh. Kita bukan lagi butiran debu. Kita adalah buatan tangan Tuhan yang diciptakan kembali melalui setiap kejatuhan kita untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Tuhan persiapkan sebelumnya. Tuhan ada dan menguatkan kita untuk melangkah kembali dalam jalanNya.  Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri Populer

Total Tayangan Halaman

Laman

Apa Pendapat Anda Tentang Blog ini?

Translate