Minggu, 23 Agustus 2015
Sabtu, 15 Agustus 2015
Saat Menjalani Ujian adalah Saat Kita Dimurnikan Tuhan ( Mazmur 66 : 1 – 12 )
Nats Pembimbing : Engkau
telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan
perak (Mazmur 66:10)
Orang beragama & orang atheis,
orang tahanan dan orang bebas, dia yang terkenal baik dan saya yang terkenal
jahat, punya harapan yang sama. Setiap orang berharap agar dirinya baik – baik
saja, hidupnya terhindar dari berbagai
tantangan dan kesulitan. Mau bukti ?
1.
Pendeta yang biasanya dapat cap
“orang baik” tiap hari menjalankan
pelayanan sambil berharap dirinya sehat,
punya cukup uang dan bahagia bersama keluarga.
2.
Apakah ada orang yang jalankan
rencana perampokan sambil berharap… semoga kali ini beta gagal merampok? Apakah
ada seorang pencuri yang bongkar orang
pung rumah malam – malam sambil berharap “semoga kali ini beta ditangkap”? ada
ko? Tidak ada…
Semua orang, yang buat baik ataupun
yang buat jahat punya harapan yang sama, dirinya baik – baik saja, sehat –
aman, bahagia dst. Setuju??? … Terima kasih
Manusia adalah mahluk yang suka
menilai dan cepat memberi respon terhadap perilaku sesame yang dipandang jahat.
Contoh : kalau ada teman
yang suka bacari hal, kita akan nilai dia sebagai “orang jahat” dan kita
akan berusaha untuk menghindari dia. Kalau suatu ketika dia mendapat ganjaran
karena perbuatan jahatnya, kita bilang apa? Apakah kita bilang “ee kasian dia
ee” atau kita bilang “surasa…mampooooosss!!!!”. Lebih banyak yang mana? Antara
“ee kasian dia dan surasa .. mampos” mana yang lebih sering kita ucapkan??? Silahkan
jawab sendiri.
Reaksi seseorang terhadap kesulitan
yang sedang ia hadapi, (terlepas dari penyebab kesulitan itu, apakah dirinya
sendiri atau orang lain sebagai penyebab),
sangat dipengaruhi oleh tanggapan / reaksi orang – orang di sekitarnya.
Jika orang – orang di sekitar dia
memberi reaksi positif : menguatkan dan mendukung dia agar tabah dan kuat
menjalani kesulitan itu, maka seiring dengan berjalannya waktu dia akan menjadi
sadar bahwa dia terbatas, dia manusia biasa yang punya salah tetapi mau berubah
menjadi baik.
Tetapi jika orang – orang di
sekitarnya memberi reaksi negative : mengecam dan mengucilkan dia maka seiring dengan berjalannya waktu dia
akan berusaha membangun mekanisme pertahanan diri agar orang lain menganggap
dia benar dan juga kan sangat membenci dan menolak kesulitan yang sedang
dihadapinya. Dia menjadi pendendam. Menjalani masa sulit sambil merencanakan
pembalasan dendam… Lu tunggu eee… beta keluar dari sini lu abis…begini – begini
beta su pernah hidup di Rutan ni…
Saudaraku bagaimana pandangan kristen
tentang kesulitan dan tantangan hidup yang kita alami, baik itu kesulitan
akibat perbuatan kita sendiri maupun
kesulitan karena perbuatan orang lain maupun system???
Pembacaan Alkitab tadi adalah mazmur
yang berisi nyanyian syukur Israel karena Allah telah menolong mereka dari
berbagai kesulitan hidup. Mereka
menjalani hidup yang sulit :
1.
Dikejar musuh tetapi Allah membuka
jalan yang tak mungkin menurut manusia (membelah laut teberau menjadi jalan
untuk umat menyelamatkan diri dan membuka jalan di tengah sungai Yordan
sehingga umat di bawah pimpinan Yosua bisa menyeberang) _ Ay.6
2.
Mengalami tekanan dan ancaman dari
bangsa lain yang menjadi musuh tetapi Allah membuat mereka menang dalam
berbagai peperangan. _Ay.7
3.
Allah mempertahankan jiwa mereka di
dalam hidup dan tidak membiarkan kaki mereka goyah_Ay.9
Umat Israel meyaksikan bahwa setiap
keadaan itu membuat mereka menjadi sama seperti orang yang sedang terjerat dalam
jaring di bawah air sambil mengikat beban di pinggang sehingga tak berdaya
untuk bisa melepaskan diri. Sementara Mereka
mau melepaskan diri, ada orang yang jalan di atas kepala mereka sehingga tak
mereka tak berdaya. Tetapi Allah melepaskan mereka karena itu mereka mengajak
semua orang untuk menyanyikan kuasa kebesaran dan kasih setia Allah yang
melepaskan dan membebaskan itu. Yang menarik di sini adalah umat Israel
memahami bahwa setiap kesulitan itu mereka alami karena Tuhan sedang memurnikan
mereka, seperti orang yang memurnikan perak.
Seperti perak dimurnikan dengan api,
hidup kita pun seringkali dimurnikan oleh Tuhan dalam tungku kesulitan dan
tantangan yang membuat kita menderita jiwa dan raga.. Dalam kesedihannya
pemazmur berkata, “Kami telah menempuh api” (Mazmur 66:12).
Proses pemurnian memang dapat sangat
menyakitkan, tetapi tidak akan menghancurkan. Allah, Sang Pemurni duduk di
dekat tungku untuk menjaga nyala api. Dia tidak akan membiarkan kita dicobai
melebihi kemampuan kita; ketika saya
sakit parah, ketika saudara berada dalam tahanan, ketika saudara
mengalami masalah RT, percayalah Allah tidak jauh, Allah ada bersama dan di
dekat kita. Allah sudah memperhitungkan
semua hal ini kita alami demi kebaikan kita.
Mungkin ada yang bilang : iya pdt
omong begitu karena sonde rasa beratnya hidup di tahanan na… saya memang tak
merasakannya secara langsung tapi saya bisa membayangkan : betapa tak enaknya berpisah dgn keluarga
dan jauh dari rumah, betapa meresahkan saat menunggu waktu sidang dalam
ketidak-pastian, dan hati yang sakit mengingat
semua kenangan indah saat hidup bebas.
Saudaraku… Kita barangkali tidak
dapat mengerti mengapa kita harus menanggung kesengsaraan tahun demi tahun.
Cobaan seakan-akan tidak akan pernah berakhir dan tidak ada tujuannya.
Hari-hari yang kita jalani tampaknya berlalu dengan sia-sia. Kita merasa
seakan-akan tidak melakukan sesuatu hal yang berarti.
Akan tetapi saudaraku, Allah tidak
pernah mengerjakan sesuatu yang sia- sia—kita sedang dimurnikan. Dia
menempatkan kita ke dalam tungku pencobaan supaya kita memperoleh kesabaran,
ketaatan, kerendahan hati, belas kasih, dan juga keunggulan lain yang belum
kita miliki.
Jadi, janganlah takut dan jangan
menggerutu. Pencobaan saya dan saudara saat ini, betapa pun pedihnya, sudah disaring
melalui hikmat dan kasih Allah.
Ingatlah Allah, Sang Pemurni sedang duduk
di samping tungku, menjaga nyala api, mengamati prosesnya, menunggu dengan
sabar sampai wajah-Nya terpantul di permukaan hidup kita, sampai hidup kita
memancarkan kasih dan kemuliaanNya.
Kekasih – kekasih Tuhan, dari
perenungan ini saya mau menekankan 2 hal ini bagi kita :
1.
Bagi saudara yang adalah tahanan :
betatapun keadaan di tempat ini sulit, tetaplah memiliki harapan yang baik,
karena harapan yang baik akan mendorong kita untuk bertahan sampai pada
akhirnya. Saudara keluar dengan keberuntungan : Hidup saudara telah dimurnikan
Tuhan dan saudara menjadi berkat untuk kami yang di luar tahanan. Dalam
menjalani masa sulit ini, bersandarlah pada Tuhan. Entahkah ujung jalan hampir
ditemui ataukah masih jauh, Tuhan akan setia menuntun saudara.
Tuhan menjadi tempat pengungsianmu. Tuhan mengenal orang – orang yang berlindung
padaNya.
2.
Bagi kita yang bukan tahanan :
Didiklah diri sendiri untuk selalu memberi tanggapan / reaksi positif dan
menghindarkan diri dari mengecam para tahanan. Jangan pernah bilang “surasaaaa
atau mampoooosssss !!! …. pada mereka.Belajarlah untuk lihat cermin dulu
sebelum memberi tanggapan / reaksi.
Mari dukung dan berjuang bersama mereka agar ada pertobatan,
ada keadilan dan kebenaran yang nyata. Karena mereka juga adalah sesame kita,
sebelah badan kita (Aok Bian – Dalek Esa – Satu perut).
Minggu, 02 Agustus 2015
Tuhan Itu Penopang dan Penegak Bagi Semua Orang Yang Jatuh & Tertunduk (Mazmur 145 : 8 -21)
Tuhan Itu Penopang dan Penegak Bagi Semua
Orang Yang Jatuh & Tertunduk
(Mazmur 145 : 8 -21)
Setiap orang pasti
pernah mengalami kejatuhan. Baik jatuh
secara fisik maupun jatuh dalam arti kiasan.
Tidak ada orang yang dengan sadar mau membuat dirinya jatuh…
Kalau buat orang lain jatuh…tentu ada banyak orang yang mau dan bisa. Meskipun
kita biasa rancang cara untuk menjatuhkan orang lain, tapi kita sendiri tidak
mau dijatuhkan, apapun alasannya… betul atau tidak?
Saat kita terjatuh, entahkah karena kesalahan
sendiri ataukah karena kesalahan orang lain kita akan merasa terluka, sakit dan
malu
Dan bukan hanya itu, kita juga tidak suka orang lain tahu
atau lihat atau bicarakan tentang kondisi kejatuhan kita. Contoh paling
sederhana : Kalau kita terantuk dan jatuh, yang pertama kita buat apa? Apakah periksa
kaki dan seluruh tubuh ataukah lihat ke sekeliling untuk memastikan adakah orang di
sekitar kita yang melihat kita jatuh? Kalau mau jujur, saya kira kebanyakan dari kita akan cepat – cepat lihat keliling untuk
memastikan tidak ada orang yang lihat kita, sambil bangun baru periksa ada luka
/ lecet atau tidak… Kalau pun ada orang yang lihat kita dan bertanya, kenapa
jatuh? Luka ko? Bisa jalan ko? Kita akan cepat2 jawab : ia jatuh ni… tapi sonde
apa2… beta bisa jalan …biar ada tahan sakit ju kita akan jalan trus…
Pernah mengalami dan buat seperti itu? SAYA
PERNAH.
Saudaraku… Mengapa demikian? Kita seringkali menyangkali rasa sakit yang diakibatkan
karena kessjatuhan kita (fisik maupun non fisik), baik karena kesalahan sendiri
ataupun karena rancangan orang lain… sikap menyangkali rasa sakit akibat
kejatuhan kita itu didorong terutama karena rasa malu pada orang lain / rasa
malu pada sesama.
Kita mempertimbangkan apa pandangan dan penilaian sesame
terhadap keadaan jatuh / kejatuhan kita. Sedangkan Apa pandangan dan penilaian Tuhan terhadap
keadaan kita baru kita pikirkan nanti setelah ada waktu untuk merenung. Dan biasanya pandangan dan penilaian sesame
terhadap kejatuhan kita lah yang paling membuat kita terpuruk dalam kejatuhan
itu.
Bagaimana penilaian dan tanggapan orang terhadap kejatuhan
yang kita alami? Saya kira saya pernah
berkhotbah tentang hal ini pada tgl 5 Januari 2014 yang lalu di sini (intinya
saat kita jatuh, sesame menanggapi : Surasa…mampos / ee kasian dia ee).
Saudaraku… Saat ini
berdasarkan pembacaan Alkitab kita tadi, saya ingin mengajak kita untuk
merenungkan : Bagaimana tanggapan dan
sikap Tuhan terhadap kejatuhan yang kita
alami, baik karena kesalahan sendiri maupun karena kesalahan orang lain?
Ada beberapa hal penting yang dapat kita
reflesikan dari bagian Mazmur 145 yang kita baca ini :
1.
Ketika kita terjatuh dalam berbagai bentuk
masalah, seringkali oleh karena rasa malu dan berbagai alasan lain, saudara, keluarga, orangtua, sahabat kita bisa membenci kita. Kasih sayang yang dulu pernah mereka berikan pada kita
lenyap tak berbekas. Hal ini bisa membuat kita semakin terpuruk. Kita merasa
sendiri, diabaikan, merasa kotor dan hina, kita merasa dunia akan berakhir.
Kita merasa terbuang, kita merasa tanpa daya hidup. Akhirnya banyak orang yang
terjatuh menjadi putus asa. Salah satu lagu pop yang menceritakan keadaan ini sebagian syairnya bilang ... "Aku terjatuh dan tidak bisa bangkit lagi... aku tenggelam dalam lautan luka dalam. Aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang. Aku tanpamu BUTIRAN DEBU.... "
Apakah Tuhan berkenan akan tanggapan diri kita
seperti ini atas kejatuhan yang kita alami? TIDAK saudaraku. Ayat 8 – 9 Mazmur
145 ini menyatakan : … saat kita terjatuh, Tuhan bukan sedang membuang kita.
Tuhan tetap mengasihi dan menyayangi kita.
Ketika kita berulang kali membuat Tuhan kecewa karna perbuatan kita
yang jahat, Tuhan tetap panjang sabar.
Kasih setia keluarga dan sahabat kita terbatas tetapi kasih setia Tuhan itu
berlimpah.
Ketika kita terjatuh kita merasa sesamA kita bersikap buruk pada kita
oleh karena penilaian yang mereka buat, tidak apa –apa… Ingatlah saudara bahwa
Tuhan akan tetap menyatakan kebaikannya kepada kita. Tuhan itu baik kepada
semua orang dan penuh Rahmat terhadap segala yang dijadikanNya.
2.
Saat kita terjatuh pasti kita akan merasa malu. Bukan
hanya saudara – saudara tahanan yang malu, tapi keluarga, sahabat kita yang menantikan kita di luar sana juga
merasa malu. Apalagi berhadapan dengan komunitas masyarakat tempat kita hidup
dan berkarya. Jujur saja bahwa kita pernah merasa malu karena kejatuhan kita
atau saudara kita.
Nah… terhadap
keadaan ini, Terkadang kita tak berdaya untuk bangun lagi dan melanjutkan
hidup. Orang yang tanpa pengharapan akan
memilih untuk mengakhiri hidupnya. Orang yang punya pengharapan membutuhkan
dukungan agar bisa bangkit lagi dari kejatuhannya.
Saudaraku ayat 14 Mazmur 145
ini memberikan jaminan yang luar biasa kepada kita bahwa Tuhan akan menopang semua orang yang jatuh dan akan menegakkan / mendirikan
kembali semua orang yang tertunduk malu dan tak berdaya karena kejatuhannya
atau kejatuhan orang yang kita kasihi.
Terkadang Tuhan bertindak sendiri untuk menopang dan membuat kita tegak,
dan terkadang Tuhan memakai orang lain untuk maksud itu. Kalau begitu, saudara
dan saya, para tahanan dan keluarga, para sahabat, kita mesti juga membuka diri
untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan yang akan menopang dan menegakkan
sesama kita yang terjatuh. Kalau
begitu, persekutuan jemaat paulus RUTAN, bahkan seluruh RUTAN dan juga
persekutuan keluarga kita di luar sana mestinya menjadi Persekutuan yang saling
menopang dan menegakkan. Bersediakah kita?
3.
Biasanya kejatuhan kita mengakibatkan muncul
masalah baru, bisa jadi masalah berlapis…
Ketika saudara sebagai kepala keluarga, sebagai tulang punggung keluarga
ada di tempat ini, masalah yang akan
muncul misalnya soal ekonomi & penghidupan keluarga… Sementara saya di
RUTAN, anak istri, saudara, orangtua saya di luar sana dapat makan dari mana? Kalau
mereka sakit, siapa yang lihat? Dst… Bukankah pemikiran tentang hal ini
biasanya menguras banyak energy dan air mata?
Saudaraku… janganlah kuatir…. Tuhan ada dan melihat ketika tempat beras
saudara di rumah kosong. Tuhan ada dan mendengar ketika anak saudara meminta uang untuk
keperluan sekolahnya. Tuhan ada dan akan menggendong kita ketika kita tak
berdaya karena sakit. Jaminan yang luar biasa dalam ayat 15 – 16,
Tuhan memberi makanan pada waktunya
kepada setiap orang yang memandang kepada Tuhan dan menantikan
pertolonganNya. Tuhan membuat segala yang hidup menjadi kenyang. Kalau begitu,
janganlah kita kuatir. Lebih baik kita memandang kepada Tuhan dan berusaha
dengan giat sambil menantikan pertolonganNya.
4.
Saudaraku, dalam proses peradilan di dunia kita
segala kemungkinan bisa terjadi, adil maupun tak adil, yang salah bisa
benar-yang benar bisa salah. Hal ini membuat banyak orang menjalani proses
peradilan dengan pesimis ataupun membela
diri secara membabi buta. Kebenaran bisa
diputar balikkan. Saudaraku… ay.17 Mazmur ini mengingatkan bahwa Tuhan akan bertindak
adil dalam segala jalanNya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatanNya.
Jika Tuhan mengijinkan kita ada di tempat ini, Ia mau supaya kita bertindak
lurus dan memperjuangkan keadilan.
Bersedia menerima ganjaran karna kesalahan kita & berjuang
menyatakan kebenaran karena kita benar. Karena kalau kita menghindari ganjaran
meski salah, mungkin saat ini kita bisa bebas, tetapi akan ada saat di mana
kita sendiri akan membayar hutang ganjaran itu.
Saudaraku… kita yang terjatuh ini sangat berharap akan tiba masanya kita bangkit dan menikmati kehidupan yang bebas. Ini sangat bergantung pada anugerah Allah. Jangan pernah menyerah karena kita tidak pernah tahu, apa yang Tuhan inginkan jadi dalam hidup kita 1 menit ke depan. Tetaplah berharap, tetaplah berdoa… Ketika saudara merasa Tuhan jauh, ingatlah bahwa Tuhan hanya sejauh doa kita. Ay 18 – 19 mengatakan : Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepadaNya dengan setia. Tuhan mengabulkan kehendak / kemauan setiap orang yang takut akan Tuhan dan Tuhan mendengar teriakan minta tolong mereka dan membuat mereka selamat.
SAYA AJAK KITA DENGAR PUJIAN INI “TUHAN ADA & MELIHAT” sebelum bagian
terakhir khotbah ini saya sampaikan.
Saudaraku... Tuhan Ada dan Melihat setiap keadaan kita. Tuhan ada dan mendengar setiap pergumulan dan doa kita. Tuhan ada dan bersedia menghapus setiap airmata kita. Tuhan ada dan menunggu setiap bentuk penyesalan kita. Tuhan ada dan bersedia membangkitkan kembali ketika kita terjatuh. Kita bukan lagi butiran debu. Kita adalah buatan tangan Tuhan yang diciptakan kembali melalui setiap kejatuhan kita untuk melakukan pekerjaan baik yang telah Tuhan persiapkan sebelumnya. Tuhan ada dan menguatkan kita untuk melangkah kembali dalam jalanNya. Amin.
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri Populer
-
“Sang Pendeta” Kalau ia muda dianggap kurang pengalaman Tapi bila rambutnya beruban, ia dianggap terlalu tua Kalau keluarganya be...
-
Tuhan Itu Penopang dan Penegak Bagi Semua Orang Yang Jatuh & Tertunduk (Mazmur 145 : 8 -21) Setiap orang pasti pernah mengal...
-
Tanggapan Jemaat Terhadap Karya Roh Kudus (Kisah Para Rasul 2 : 41 - 47) Nats Pemb : Filip 2 : 1-3a Salah satu ciri mahluk hi...
-
Orang bilang “menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan. Menanti adalah hal yang paling menjengkelkan”. Betul ko sonde? Menunggu...
-
Nats Pembimbing : Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami, seperti orang memurnikan perak ( Mazmur 66:10 ) Or...
-
Setiap orang yang sadar akan kesalahannya di masa lalu dan memutuskan untuk bertobat, tentu pernah bertanya, paling kurang pada dirinya se...
-
Pemahaman Alkitab II Tawarikh 17 : 1 – 19 Senin, 01 Juli 2013 I. Pengantar Pada saat seseorang atau sekelompok o...
-
Tanggapan Tuhan terhadap Sikap Hidup Kita Kebanyakan orang akan memikirkan tanggapan orang lain terhadap kata-kata dan sikapnya. Kita in...
-
How am I supposed to live without you I could hardly believe it When I heard the news today I had to come and get it straig...