Menerima
& Memberikan Warisan Kehidupan
(Mazmur 37 : 21 – 29)
Kita memakai banyak
gambaran untuk menjelaskan apa arti hidup dan bagaimana menjalaninya. Ada yang
bilang hidup ini anugerah, karena itu jalanilah dengan syukur. Ada yang bilang hidup
ini perjuangan, karena itu jalanilah dengan semangat, bertekun agar menjadi
pemenang. Orang Sabu menggambarkan
kehidupan itu seperti tanaman. Kehidupan dimulai dari bibit / Wini. Anak perempuan
disebut Bibit.
Dalam kesempatan ini, saya mengajak kita untuk melihat gambaran
lain tentang kehidupan. Bagian alkitab yang kita baca tadi memberi gambaran bahwa hidup ini warisan. Dan
Negeri / tanah tempat hidup manusia adalah warisan dari Tuhan melalui leluhur.
Hidup ini adalah warisan yang kita terima
dari Tuhan melalui orangtua kita dan kita berikan kepada anak, cucu kita. Ada orang yang menganggap warisan itu statis.
Dapat apa na itu sudah…. Tetapi ada pula yang mengembangkan apa yang dia dapat
dari Tuhan, melalui orangtua… sehingga ia memberikan lebih banyak kepada anak
cucunya dibandingkan dengan apa yang ia terima. Misalnya jika ia dapat tanah 25x50M2 dari ortu, selama hidup ia
berusaha sehingga selain tanah yang 25x50M2 itu ada juga beberapa bidang tanah
lain yang ia wariskan kepada anak-anaknya..dst. Tetapi ada juga orang yang
terima dari ortunya semua yang baik, sekolah sampai sarjana, tapi hanya sanggup
menyekolahkan anaknya sampai SD saja…bukan karena tidak punya uang atau
harta…dst, justru dengan kelimpahan materi tetapi kekurangan teladan
dan nilai hidup.
Saudaraku, Jika hidup
adalah warisan maka pertanyaan kita adalah “bagaimana kita menjalaninya”? apakah dengan hidup asal bernapas,
makan-minum? Asal sehat, asal tambah besar? Asal punya ini – itu? Asal bisa
buat ini – itu? Lalu selesai?
Mazmur ini menyatakan
bahwa Tuhan memberikan warisan kehidupan dan tempat hidup kepada orang – orang
yang diberkatiNya. Siapa yang diberkati? Tuhan memberkati orang – orang yang
hidupNya berkenan kepada Tuhan. Ada beberapa hal penting dari Mazmur ini untuk
kita :
1. Setiap
warisan selalu mengandung tanggung jawab. Kita yang menerima hidup dari tangan
Tuhan mesti Hidup berkenan kepadaNya. Mulai dari bangun pagi sampai tidur
kembali, menjalani segala sesuatu ikut Tuhan punya mau. Bekerja dengan rajin,
jujur, tau berbagi, dst. Usia kita bertambah, kemampuan kita berkembang dan
semua yang ada pada hidup kita menjadi
berkat bagi orang lain.
2. Meskipun
kita menerima warisan kehidupan dari Tuhan tapi itu tidak berarti kehidupan
kita bebas tantangan. Kita akan tetap menghadapi berbagai bentuk tantangan.
Tambah usia bertambah pula tantangannya, baik dalam hidup RT, dgn tetangga,
keluarga dst. Sikap yang benar adalah Menghadapi setiap tantangan kehidupan
dengan sabar karena Firman Tuhan memberi jaminan bahwa Tuhan akan senantiasa
menopang ketika orang benar terjatuh. Sehingga meskipun jatuh, ia tidak sampai
tergeletak. Ia akan bangkit kembali.
Tuhan akan selalu bersama – sama dengannya. Tuhan tak akan pernah
meninggalkannya. Anak cucunya akan terpelihara baik, mereka tidak akan menjadi
peminta-minta. Mereka justru akan menjadi pemberi, yang akan menopang hidup
orang lain dengan belas kasihan. Mereka akan menjadi berkat. Anak cucu akan
menerima warisan kehidupan yang lebih besar lagi. Bukankah ini janji yang luar
biasa? Saya kira ini menjadi mimpi kita semua. Bahwa dengan semua yang kita jalani dan perjuangkan hari ini adalah untuk masa depan anak – anak …
3. Kita telah menerima warisan
kehidupan dari Tuhan melalui orangtua kita. Karena itu kita
bertanggung jawab untuk meneruskan warisan kehidupan ini kepada generasi
berikutnya. Kita bisa melakukan segala
sesuatu yang baik untuk semua orang yang Tuhan percayakan kepada kita. Jangan
hanya mau terima, tetapi tidak mau memberi. Sampai di sini saya ingat
cerita Nazrudin, Seorang Sufi dari Turki : Suatu hari ada seorang bapak yang
jatuh dan tenggelam di danau. Setiap
orang yang melihat dia berusaha untuk menolong. Satu per satu orang mengulurkan
tangan mereka dan bilang “berikan tanganmu” “ulurkan tanganmu kepadaku…” bapak
ini tidak mau mengulurkan tangannya. Sampai dia akhirnya minum banyak air. Para
penolong kewalahan. Nazrudin lihat kejadian itu. Dia bertindak. Dia bilang
kepada bapak yang tenggelam “ambil
tanganku”. Bapak itu ulurkan tangan sehingga nazrudin bisa mengeluarkan dia
dari danau. Semua orang bingung, kenapa Nazrudin berhasil. Mereka bertanya
kepada Nazrudin : Nazrudin jawab, orang ini paling pelit. Dia tidak mau
memberi. Ia hanya mau terima saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar